About me

Foto Saya
Firda Mustikawati
Mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra indonesia di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta
Lihat profil lengkapku
Feeds RSS
Feeds RSS

Rabu, 20 Juni 2012

MENYIMAK SEBUAH IKLAN, GAYA BAHASA DITEMUKAN



Oleh
Firda Mustikawati
11201243004


                Bahasa merupakan salah satu sarana berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi dalam masyarakat tidak akan terlaksana dengan baik tanpa menggunakan bahasa. Hal itu sejalan dengan fungsi bahasa secara umum sebagai alat komunikasi sosial. Oleh karena itu, kelangsungan komunikasi dalam masyarakat sangat ditunjang oleh keberadaan
bahasa. Komunikasi yang baik didukung oleh keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Keterampilan bahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Sutari, 1998: 17). Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menyimak adalah keterampilan yang paling awal diperoleh dan merupakan dasar dalam aktivitas berkomunikasi.  Selain merupakan salah satu keterampilan yang paling mendasar dalam aktivitas berkomunikasi, keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang bersifat reseptif. Hal itu dikarenakan selama berlangsungnya kegiatan komunikasi, penyimak aktif menerima, menangkap, memahami, dan mengingat ujaran yang diterimanya.
            Menyimak merupakan kegiatan yang tidak hanya melibatkan telinga saja, tapi menyimak juga melibatkan aktivitas otak untuk menginterpretasi apa yang disimak (Musfiroh dkk, 2004: 5). Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi dan untuk berkomunikasi. Ada bermacam-macam kegiatan menyimak, salah satunya adalah menyimak ilkan. Iklan didefinisikan sebagai kegiatan berpromosi melalui media massa atau komunikasi baik lisan maupun tulis yang dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas produk jasa dan ide berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Tujuan penyajian iklan, yaitu menarik perhatian masyarakat.
            Dalam menyimak iklan, penyimak dapat menganalisis simakan iklan dari segi bahasa, salah satunya yaitu gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bagaimana mendayagunakan bahasa agar dapat menyampaikan maksudnya dengan baik. Adanya gaya bahasa yang terdapat dalam menyimak iklan tersebut adalah dengan tujuan khusus. Misalnya, untuk menarik perhatian penyimak dengan menggunakan gaya bahasa tertentu.
        Dalam iklan pulsa di televisi, banyak sekali gaya bahasa yang dapat disimak oleh penyimak iklan. Gaya bahasa yang biasa dipakai misalnya gaya bahasa hiperbola yang digunakan untuk melebih-lebihkan keunggulan promosi yang ditawarkan. Selain itu, gaya bahasa hiperbola digunakan untuk membuat iklan menjadi lebih menarik sehingga penyimak iklan tertarik untuk memakai produk pulsa yang diiklankan tersebut. Penelitian (Ainini, 2011) tentang Implikatur Percakapan Bahasa Iklan Pulsa di Televisi membuktikan bahwa penggunaan gaya bahasa merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam sebuah iklan dalam mempromosikan suatu produk. Contohnya:
(Penutur 1 (P1) sedang menuju sebuah etalase untuk membeli perdana. Penjual menunjukkan perdana Simpati, kemudian Penutur 1 (P1) mengambil perdana tersebut dan berkata kepada penonton).
P1                    : “Simpati, bikin keren. Simpati bikin ngetop.”
Narator           : “Simpati, bikin juara dunia”.
P2                    : “Bercanda kali.”
P1                    : “Iya. Tapi, Simpati bener-bener berasa hematnya, banyak gratisannya, banyak temennya. Bicara ke pelosok bisa video call. Satu Simpati untuk seribu satu keinginan.” (Ainini, 2011)

            Tuturan yang disampaikan oleh narator dalam iklan pulsa tersebut merupakan tuturan yang berlebihan karena dengan menggunakan sebuah kartu seluler seseorang tidak mungkin dapat menjadi juara dunia. Penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam iklan pulsa tersebut digunakan untuk menunjukkan kehebatan produk Simpati yang ditawarkan. Dari sinilah, kemudian penyimak iklan tersebut dapat tertarik untuk memakai produk Simpati.
Dalam iklan rokok di televisi pun banyak gaya bahasa yang bisa disimak oleh penyimak iklan rokok. Penyampaian dalam iklan rokok biasanya menggunakan gaya penyampaian berdasarkan sasaran iklan. Hal tersebut karena sebagian besar sasaran iklan rokok adalah para remaja atau kaum muda. Oleh karena itu,  gaya penyampaian pun menggunakan bahasa yang familiar dan cocok untuk lingkungan remaja atau untuk orang yang akrab. Selain itu, penggunaan gaya penyampaiannya berdasarkan tujuan atau pesan  yang ingin disampaikan pembuat iklan. Hal ini bertujuan agar tercipta image dalam pikiran penyimak bahwa dengan memakai produk tersebut maka akan tercipta situasi dan kondisi sebagaimana yang ditayangkan dalam iklan tersebut. Gaya informasional dan gaya humor juga ditemui dalam iklan rokok, namun pemakaiannya sangat jarang. Hal ini karena gaya informasional dirasa sudah ketinggalan jaman dan kurang menarik. Gaya ini memang cocok untuk jenis iklan radio maupun iklan surat kabar, namun kurang menarik dalam iklan audio-visual. Sedangkan gaya humor jarang digunakan karena pembuatan skrip iklan humor yang bisa menyampaikan pesan produk rokok sangat sulit. Selain memerlukan kemampuan menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan ke dalam bahasa humor, iklan jenis ini juga memerlukan daya kreatifitas yang tinggi.
Contohnya sebagai berikut.
a) Buktikan merahmu raih dan buktikanlah merahmu! (Gudang Garam Merah).
b)  76............ Djarum............ Djarum.......... Djarum......... 76 (Djarum 76).
c)  Star Mild...... Star Mild........ Star Mild, bikin hidup lebih hidup. (Star Mild).
d)  Clas mild is today... clas mild is today... clas mild is today. (Clas Mild).
e)  Macho itu rambutnya gondrong. Terus naik motor gedhe, badanya otot semua, bulu dadanya banyak. Tapi buat gue macho itu berani pacaran sama cewek yang bapaknya sangar.
(U Mild).

Pada data (a) mengandung gaya bahasa repetisi tautotes. Repetisi ini dilakukan dengan cara mengulang kata buktikan dalam sebuah konstruksi namun tidak secara berurutan.
Sedangkan data (b), (c) dan (d) menunjukkan gaya bahasa repetisi epizeuksis. Repetisi ini bersifat langsung karena mengandung kata-kata penting dalam iklan tersebut, yakni Djarum, Star Mild dan Clas Mild is today diulang beberapa kali berturut-turut. Sementara itu, pada data (e) menunjukkan gaya repetisi anafora. Wujud repetisi ini adalah perulangan kata macho (sebagai kata pertama) pada baris atau kalimat berikutnya. Dari contoh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan gaya bahasa yang mengandung perulangan kata tertentu dalam sebuah iklan rokok tersebut bermaksud meyakinkan penyimak iklan produk rokok tersebut.

            Dari beberapa contoh iklan rokok di atas terbukti bahwa pembuat iklan menggunakan bermacam gaya bahasa dalam menyampaikan pesan persuasi kepada penyimak iklan. Gaya bahasa yang sering digunakan dalam sebuah iklan adalah gaya bahasa hiperbola dan repetisi. Hiperbola digunakan untuk melebih-lebihkan atau mengunggulkan suatu produk yang diiklankan. Sementara, penggunaan gaya bahasa repetisi digunakan secara berulang-ulang untuk meyakinkan penyimak. Kedua penggunaan gaya bahasa tersebut tidak lain bermaksud untuk mengajak konsumen agar tertarik untuk menggunakan produk yang diiiklankan tersebut. Oleh karena itu, penyimak iklan harus peka ketika menyimak sebuah iklan. Penyimak dapat menganalisis penggunaan gaya bahasa dari hasil menyimak sebuah iklan. Ketika menyimak iklan, penyimak jangan sampai kehilangan sebuah kata. Hal tersebut  dikarenakan semua kata yang disajikan dalam sebuah iklan mengandung maksud dan tujuan tertentu untuk mempengaruhi konsumen. Jadi, agar tidak kecewa dengan produk yang sudah dibeli, penyimak harus peka ketika menyimak sebuah iklan. Jangan hanya melihat sebuah iklan tanpa menyimaknya dengan seksama. Penyimak harus benar-benar memperhatikan iklan dari segi sosial maupun dari segi bahasa yang digunakan dalam sebuah iklan.

Diolah dari sumber:
Ainini, Muhajjah. 2011. Implikatur Percakapan Bahasa Iklan Pulsa di Televisi. Skripsi S1. Yogyakarta: BSI FBS UNY.

Musfiroh, Tadkiroatun dan Rahayu, Dwi Hanti. 2004. Menyimak Komprehensif dan Kritis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sutari, Ice dkk. 1998. Menyimak. Jakarta: Depdikbud.
Wicaksono, Andri. 2011. Artikel Analisis Wacana Kritis Iklan. http://andriew.blogspot.com/2011/07/artikel-analisis-wacana-kritis-iklan.html. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2011.