About me

Foto Saya
Firda Mustikawati
Mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra indonesia di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta
Lihat profil lengkapku
Feeds RSS
Feeds RSS

Jumat, 03 Januari 2014

Jika Anak Bertanya tentang ALLAH

Jika Anak Bertanya tentang ALLAH
berbagi dari sumber asli : Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo's

Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi "tak mau tahu" alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan diha...dapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya...

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?"
Tanya 2: "Bu, bentuk Allahitu seperti apa?"
Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana?
Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?

Jawablah :

"Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: "Bu, bentuk Allah itu seperti apa?"

Jangan jawab begini :

"Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu...." karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini :

"Adek tahu 'kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?

Jangan jawab begini :

Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) "barang" dan "sesuatu" yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai'un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af'al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af'al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua'lam}

Jawablah begini :

"Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?"

Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )

"Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak 'kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya 'kan?!"

Atau bisa juga beri jawaban :

Adek, lihat langit yang luas dan 'besar' itu 'kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit 'kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan "Melihat Tuhan".

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek 'kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. "Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara."

Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana ?

Jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy."
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah...berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

Dia bersemayam di atas ’Arsy. <-- adalah="" ayat="" bahasa="" br="" dalam="" dan="" denotatif="" dibelokkan="" indonesia="" ini="" kalau="" kita="" konotatif.="" konotatif="" makna="" mengenal="" mutasyabihat="" nah..="" pelajaran="" tafsirnya.="" tergolong="" wajib="" yaitu="" yang="">
Juga jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di mana-mana."

Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini :

"Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada."

"Qalbun mukmin baitullah", 'Hati seorang mukmin itu istana Allah." (Hadis)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Jangan jawab begini :

"Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga."

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,"Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!"

"Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya." (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini :

"Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, 'kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)

Katakan juga pada anak:

"Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

"Kenapa, Bu ?"

"Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu."

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).

Allahua'lam.

sumber asli : Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo's

Jumat, 01 Maret 2013

Cara Ampuh Mengingat dan Memahami Materi dari Menyimak Kuliah



Oleh:
Firda Mustikawati/ 11201243004


Menyimak merupakan salah satu kemampuan berbahasa selain berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-sungguh, seksama sebagai upaya untuk memahami ujaran itu sebagaimana yang dimaksudkan oleh pembicara dengan melibatkan seluruh aspek mental kejiwaan seperti mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mereaksinya (Musfiroh, dkk, 2004: 5). Anderson dan Lynch (melalui Musfiroh, dkk, 2004: 51) menggarisbawahi kompleksitas menyimak pemahaman dengan menunjukkan bahwa si penyimak harus secara terus menerus mengintegrasikan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1.      Mengidentifikasi sinyal-sinyal yang terucap dari suara-suara sekelilingnya.
2.      Memilah (Mensegmentasikan) aliran ujaran ke dalam kata-kata.
3.      Menangkap dan merangkaikan struktur tuturan.
4.      (dalam menyimak intektif) memformulasikan respon-respon yang sesuai.
Salah satu kegiatan menyimak adalah menyimak kuliah. Hendrikus (1991: 50) (melalui Musfiroh, dkk 2004: 70) menyatakan bahwa kuliah adalah penyampaian ilmu pengetahuan di dalam Universitas atau Sekolah Tinggi. Kuliah merupakan penyampaian materi perkuliahan oleh dosen kepada mahasiswa.
Seringkali sebagian mahasiswa mengalami kesulitan dan mengeluh dalam mengingat serta memahami materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen. Misalnya, hari ini dosen menyampaikan materi perkuliahan. Keesokan harinya ketika dosen menanyakan kembali materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya, mahasiswa tidak bisa menjawab, bingung dan tak tahu harus berbicara apa. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman materi perkuliahan yang dimiliki oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa sulit untuk mengingat dan memahami materi tersebut. Sampai-sampai sulit menjawab pertanyaan dari dosen. Kemudian, tidak jarang pula dosen marah dan kecewa menghadapi mahasiswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dosen tersebut. Dosen menganggap bahwa mahasiswa belum siap untuk mengikuti mata kuliahnya. Lalu  bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan yang dimiliki beberapa mahasiswa yang sulit dalam memahami dan mengingat materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen?. Caranya mudah sekali. Ada beberapa cara ampuh untuk meminimalisir penyakit lupa yang menempel pada sebagian mahasiswa. Jika mahasiswa bisa memahami materi perkuliahan, maka dapat mencegah terjadinya kemarahan dan kekecewaan dosen karena mahasiswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen.
Beberapa cara ampuh yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengingat dan memahami materi dengan mudah dalam menyimak kuliah adalah sebagai berikut.
1.      Mahasiswa harus siap mengikuti perkuliahan.
Menyiapkan diri dan menyambut dengan senang mengenai materi perkuliahan yang akan disampaikan oleh dosen. Dengan perasaan siap untuk mengikuti perkuliahan, akan memudahkan mahasiswa dalam menyimak materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen. Setelah mahasiswa mudah dalam menyimak materi perkuliahan, artinya diharapkan mahasiswa juga akan mudah dalam mengingat dan memahami materi perkuliahan yang disampaikan dosen.
2.      Memperhatikan materi perkuliahan dari awal sampai akhir.
Ketika dosen sudah masuk ke dalam ruang kelas dan mulai menyampaikan materi perkuliahan, mahasiswa diharapkan mulai memperhatikan dosen menyampaikan materi. Biasanya, dosen akan menyampaikan pokok bahasan di awal kegiatan pembelajaran atau permulaan. Seperti yang dinyatakan oleh Pintamtyastirin (1984: 63) (melalui Musfiroh, dkk, 2004: 71) bahwa penyimakan kuliah harus dilakukan dari awal atau permulaan, karena biasanya pengajar menempatkan pokok-pokok materi atau ide-ide penting pada kalimat-kalimat pembuka.
Jadi, jangan sampai mahasiswa lengah sehingga tidak memperhatikan penyampaian pokok bahasan yang disampaikan dosen di awal pekuliahan. Jika mahasiswa tidak memperhatikan perkuliahan dari awal, maka mahasiswa akan merasa jenuh menyimak materi selanjutnya dalam perkuliahan tersebut. Padahal, mahasiswa juga harus tetap konsentrasi sampai pada akhir perkuliahan untuk mendapatkan kesimpulan dari semua uraian materi kuliah.
3.      Menyiapkan buku catatan dan sumber belajar (buku kuliah).
Sambil menyimak materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen, mahasiswa bisa mencatat pokok bahasan apa saja yang disampaikan dosen di buku catatan yang telah disiapkan sebelumnya. Pokok bahasan yang sekiranya penting dan harus dicatat, maka catatlah.
Pokok bahasan yang harus dicatat, misalnya seperti mencatat setiap materi penting yang disampaikan oleh dosen di awal perkuliahan. Kemudian mencatat poin-poin penting isi materi perkuliahan serta mencatat kesimpulan yang disampaikan dosen di akhir perkuliahan. Mahasiswa juga bisa mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sebagian mahasiswa yang bertanya kepada dosen. Hal tersebut dapat memberikan pemahaman dan tambahan pengetahuan tentang materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Selain dengan mencatat materi dan pertanyaan, mahasiswa juga bisa menandai pokok bahasan penting yang terdapat pada sumber belajar yang dibawanya (buku kuliah) yang materinya sesuai dengan apa yang disampaikan dosen dalam perkuliahan. Seperti  yang dinyatakan oleh Sobri (2012) bahwasanya pada saat harus menghafal kata demi kata, cara yang baik untuk dilakukan mahasiswa adalah dengan menggunakan simbol, menandai khusus dalam teks dan buku catatan untuk menunjukkan bahwa bagian tertentu, aturan, data, dan semua unsur-unsur lain yang perlu dihafal dan perlu untuk dipahami.
4.      Mengulang materi berulang kali.
Agar mahasiswa dapat mengingat materi yang telah disampaikan oleh dosen, maka mahasiswa harus sering mengulangnya dengan mempelajari, membuka catatan, dan membacanya di kala waktu senggang. Misalnya, ketika dalam perjalanan pulang di bus, jangan segan-segan untuk membuka kembali catatan yang telah dicatat pada waktu perkuliahan berlangsung.
Mahasiswa juga bisa menghafalnya sedikit demi sedikit. Cara menghafal yang bisa dilakukan mahasiswa yaitu dengan menutup mata dan mendapatkan gambaran dari penjelasan dan ringkasan yang ada. Cobalah untuk membacanya terlebih dulu. Pilahlah kata-kata kunci yang penting dan digarisbawahi atau dengan model ilustrasi sendiri atau dengan grafis, seperti gambar, diagram warna, dan grafik (Sobri, 2012).
          Selain dari keempat cara ampuh di atas, terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung pemahaman materi yang dimiliki mahasiswa dalam menyimak kuliah. Pertama, materi kuliah. Materi kuliah yang menarik yang disampaikan oleh dosen dapat memberikan minat kepada mahasiswa untuk melakukan penyimakan dengan seksama. Adanya minat dari mahasiswa untuk menyimak materi perkuliahan dengan seksama, diharapkan mahasiswa dapat dengan mudah memahami materi perkuliahan. Kedua, penyampaian materi. Penyampaian materi oleh dosen dengan pemakaian bahasa yang baik dan jelas dapat menyemangati mahasiswa dalam menyimak materi perkuliahan. Selain itu, uraian pokok materi yang disampaikan dosen dengan menggunakan contoh, perbandingan, analogi dan sebagainya dapat memberikan pemahaman yang baik kepada mahasiswa (diolah dari Musfiroh, dkk, 2004: 71). Jadi, materi kuliah dan cara penyampaian materi oleh dosen, keduanya harus menarik. Jika kedua faktor tersebut bisa didapatkan mahasiswa dalam proses perkuliahan, maka kedua faktor tersebutpun dapat mendukung dalam memberikan pemahaman yang baik untuk mahasiswa.
          Demikian beberapa cara ampuh dan faktor pendukung yang dapat dilakukan mahasiswa dalam rangka meminimalisir kesulitan mahasiswa dalam mengingat materi dan meningkatkan pemahaman materi dalam menyimak kuliah. Semoga dari beberapa cara ampuh di atas dapat memberikan solusi terbaik untuk mahasiswa yang ingin meningkatkan pemahaman dan mengingat materi dalam perkuliahan. Tidak ada cara yang instan bagi mahasiswa untuk bisa mengingat dan menghafal materi kuliah.
Selamat mengingat dan memahami materi perkuliahan!!!

Sumber:
Musfiroh, dkk. 2004. Menyimak Komprehensif dan Kritis. Diktat Mata Kuliah Menyimak Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta: FBS UNY.

Sobri, A. 2012. Susah Mengingat dan Menghafal Ini Solusinya. http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/16/09561792/Susah.Mengingat.dan.Menghafal.Ini.Solusinya: Diunduh pada tanggal 07 Januari 2013.



Kamis, 04 Oktober 2012

Membaca


DEFINISI DAN ANALISIS
·      Membaca adalah satu dari empat komponen bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987: 5).
Maksudnya, membaca merupakan salah satu dari 4 keterampilan bahasa yakni, menyimak, berbicara, membaca, menulis. Membaca dan menulis merupakan bahasa tulis. Sementara, yang termasuk bahasa lisan adalah menyimak dan berbicara. Keempatnya keterampilan bahasa tersebut tidak boleh terpisahkan sebagai sarana menuju keberhasilan berbahasa.
·      Membaca merupakan proses pembacaan sandi (decoding process) (Tarigan, 1994: 7).
Artinya, Kegiatan membaca ada upaya untuk menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning).
·      Membaca tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang komplek dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah (Soedarso,1989 : 4).
Membaca merupakan aktivitas yang kompleks dengan tindakan maksudnya adalah ketika seseorang membaca, seseorang tersebut harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Seseorang tidak dapat membaca tanpa gerakan mata atau tanpa menggunakan pikiran.
·      Membaca adalah proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami dari pengalaman membacanya (Cole via Wiryodijoyo, 1989:1). Membaca merupakan proses ganda meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan (Ginting, 2005).
Kegiatan membaca adalah proses pembacaan sandi seperti pendapat Tarigan (1994: 7). Penglihatan (mata) berperan penting dalam pembacaan sandi atau simbol-simbol. Sementara proses tanggapan pada saat membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita persepsi dari apa yang dibaca.
·      Membaca adalah suatu proses memahami sesuatu yang tersirat dalam tulisan (Tarigan, 1994: 8).
Ketika membaca, terdapat hubungan antara makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca. Bisa saja apa yang disampaikan penulis kepada pembaca tidak sesuai dengan apa yang ada di pikiran pembaca, dan sebaliknya. Oleh karena itu, kegiatan membaca memerlukan kerja otak untuk dapat memaknai setiap tulisan yang dibaca.
·      Membaca adalah proses mendapatkan arti dari kata-kata tertulis (Hielman via Wiryodijoyo, 1989: 1).
Kegiatan membaca ini dimaksudkan untuk mendapatkan arti kosakata yang ada pada bacaan. Misalnya ketika membaca, ada kosakata yang belum diketahui. Maka, dengan membaca, pembaca melakukan proses mendapatkan arti kata yang dibacanya.
·      Membaca adalah sebuah proses berpikir (Burn, Roe dan Rose, 1984).
Kegiatan membaca merupakan kegiatan berpikir maksudnya ketika seseorang sedang membaca seseorang akan mengenali kata, kemudian berusaha memahami sebuah bacaan. Untuk memahami sebuah bacaan secara utuh, seseorang tersebut harus membaca dengan kritis dan kreatif agar dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis.  menafsirkan, dan penerapan isi pikiran (maksud) dari suatu bacaan.
·      Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1994 : 7).
Seseorang memiliki tujuan ketika membaca, yaitu ingin memperoleh informasi atau pesan yang terdapat pada bacaan atau pesan yang disampaikan oleh penulis.
KESIMPULAN
Beberapa definisi tentang membaca di atas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki seseorang. Membaca merupaka kegiatan mencari kata, pembacaan sandi, membunyikan bunyi lambang-lambang. Semua itu dilakukan dengan proses berpikir ketika membaca. Melalui proses berpikir, seseorang menafsirkan apa yang dibaca sampai seseorang tersebut menemukan maksud dari apa yang dibacanya. Kegiatan membaca tersebut tidak lepas dari indra penglihatan. Mata berperan penting dalam kegiatan membaca. Hal tersebut karena mata atau pandangan yang kritis saat membaca dapat menghasilkan sesorang dengan cepat dan mudah memahami suatu bacaan.
Sumber:
Henry, Guntur.1994. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:  Angkasa.
Soedarso. 1989. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia.
Tampubolon, DP. Kemampuan Membaca: Teknik membaca Efektif dan Efisien. Jakarta: PT Gramedia.

Wiryodijoyo, S. (1989). Membaca : Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: P2LPTK.

Rabu, 20 Juni 2012

MENYIMAK SEBUAH IKLAN, GAYA BAHASA DITEMUKAN



Oleh
Firda Mustikawati
11201243004


                Bahasa merupakan salah satu sarana berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi dalam masyarakat tidak akan terlaksana dengan baik tanpa menggunakan bahasa. Hal itu sejalan dengan fungsi bahasa secara umum sebagai alat komunikasi sosial. Oleh karena itu, kelangsungan komunikasi dalam masyarakat sangat ditunjang oleh keberadaan
bahasa. Komunikasi yang baik didukung oleh keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Keterampilan bahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Sutari, 1998: 17). Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menyimak adalah keterampilan yang paling awal diperoleh dan merupakan dasar dalam aktivitas berkomunikasi.  Selain merupakan salah satu keterampilan yang paling mendasar dalam aktivitas berkomunikasi, keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang bersifat reseptif. Hal itu dikarenakan selama berlangsungnya kegiatan komunikasi, penyimak aktif menerima, menangkap, memahami, dan mengingat ujaran yang diterimanya.
            Menyimak merupakan kegiatan yang tidak hanya melibatkan telinga saja, tapi menyimak juga melibatkan aktivitas otak untuk menginterpretasi apa yang disimak (Musfiroh dkk, 2004: 5). Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi dan untuk berkomunikasi. Ada bermacam-macam kegiatan menyimak, salah satunya adalah menyimak ilkan. Iklan didefinisikan sebagai kegiatan berpromosi melalui media massa atau komunikasi baik lisan maupun tulis yang dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas produk jasa dan ide berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Tujuan penyajian iklan, yaitu menarik perhatian masyarakat.
            Dalam menyimak iklan, penyimak dapat menganalisis simakan iklan dari segi bahasa, salah satunya yaitu gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bagaimana mendayagunakan bahasa agar dapat menyampaikan maksudnya dengan baik. Adanya gaya bahasa yang terdapat dalam menyimak iklan tersebut adalah dengan tujuan khusus. Misalnya, untuk menarik perhatian penyimak dengan menggunakan gaya bahasa tertentu.
        Dalam iklan pulsa di televisi, banyak sekali gaya bahasa yang dapat disimak oleh penyimak iklan. Gaya bahasa yang biasa dipakai misalnya gaya bahasa hiperbola yang digunakan untuk melebih-lebihkan keunggulan promosi yang ditawarkan. Selain itu, gaya bahasa hiperbola digunakan untuk membuat iklan menjadi lebih menarik sehingga penyimak iklan tertarik untuk memakai produk pulsa yang diiklankan tersebut. Penelitian (Ainini, 2011) tentang Implikatur Percakapan Bahasa Iklan Pulsa di Televisi membuktikan bahwa penggunaan gaya bahasa merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam sebuah iklan dalam mempromosikan suatu produk. Contohnya:
(Penutur 1 (P1) sedang menuju sebuah etalase untuk membeli perdana. Penjual menunjukkan perdana Simpati, kemudian Penutur 1 (P1) mengambil perdana tersebut dan berkata kepada penonton).
P1                    : “Simpati, bikin keren. Simpati bikin ngetop.”
Narator           : “Simpati, bikin juara dunia”.
P2                    : “Bercanda kali.”
P1                    : “Iya. Tapi, Simpati bener-bener berasa hematnya, banyak gratisannya, banyak temennya. Bicara ke pelosok bisa video call. Satu Simpati untuk seribu satu keinginan.” (Ainini, 2011)

            Tuturan yang disampaikan oleh narator dalam iklan pulsa tersebut merupakan tuturan yang berlebihan karena dengan menggunakan sebuah kartu seluler seseorang tidak mungkin dapat menjadi juara dunia. Penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam iklan pulsa tersebut digunakan untuk menunjukkan kehebatan produk Simpati yang ditawarkan. Dari sinilah, kemudian penyimak iklan tersebut dapat tertarik untuk memakai produk Simpati.
Dalam iklan rokok di televisi pun banyak gaya bahasa yang bisa disimak oleh penyimak iklan rokok. Penyampaian dalam iklan rokok biasanya menggunakan gaya penyampaian berdasarkan sasaran iklan. Hal tersebut karena sebagian besar sasaran iklan rokok adalah para remaja atau kaum muda. Oleh karena itu,  gaya penyampaian pun menggunakan bahasa yang familiar dan cocok untuk lingkungan remaja atau untuk orang yang akrab. Selain itu, penggunaan gaya penyampaiannya berdasarkan tujuan atau pesan  yang ingin disampaikan pembuat iklan. Hal ini bertujuan agar tercipta image dalam pikiran penyimak bahwa dengan memakai produk tersebut maka akan tercipta situasi dan kondisi sebagaimana yang ditayangkan dalam iklan tersebut. Gaya informasional dan gaya humor juga ditemui dalam iklan rokok, namun pemakaiannya sangat jarang. Hal ini karena gaya informasional dirasa sudah ketinggalan jaman dan kurang menarik. Gaya ini memang cocok untuk jenis iklan radio maupun iklan surat kabar, namun kurang menarik dalam iklan audio-visual. Sedangkan gaya humor jarang digunakan karena pembuatan skrip iklan humor yang bisa menyampaikan pesan produk rokok sangat sulit. Selain memerlukan kemampuan menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan ke dalam bahasa humor, iklan jenis ini juga memerlukan daya kreatifitas yang tinggi.
Contohnya sebagai berikut.
a) Buktikan merahmu raih dan buktikanlah merahmu! (Gudang Garam Merah).
b)  76............ Djarum............ Djarum.......... Djarum......... 76 (Djarum 76).
c)  Star Mild...... Star Mild........ Star Mild, bikin hidup lebih hidup. (Star Mild).
d)  Clas mild is today... clas mild is today... clas mild is today. (Clas Mild).
e)  Macho itu rambutnya gondrong. Terus naik motor gedhe, badanya otot semua, bulu dadanya banyak. Tapi buat gue macho itu berani pacaran sama cewek yang bapaknya sangar.
(U Mild).

Pada data (a) mengandung gaya bahasa repetisi tautotes. Repetisi ini dilakukan dengan cara mengulang kata buktikan dalam sebuah konstruksi namun tidak secara berurutan.
Sedangkan data (b), (c) dan (d) menunjukkan gaya bahasa repetisi epizeuksis. Repetisi ini bersifat langsung karena mengandung kata-kata penting dalam iklan tersebut, yakni Djarum, Star Mild dan Clas Mild is today diulang beberapa kali berturut-turut. Sementara itu, pada data (e) menunjukkan gaya repetisi anafora. Wujud repetisi ini adalah perulangan kata macho (sebagai kata pertama) pada baris atau kalimat berikutnya. Dari contoh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan gaya bahasa yang mengandung perulangan kata tertentu dalam sebuah iklan rokok tersebut bermaksud meyakinkan penyimak iklan produk rokok tersebut.

            Dari beberapa contoh iklan rokok di atas terbukti bahwa pembuat iklan menggunakan bermacam gaya bahasa dalam menyampaikan pesan persuasi kepada penyimak iklan. Gaya bahasa yang sering digunakan dalam sebuah iklan adalah gaya bahasa hiperbola dan repetisi. Hiperbola digunakan untuk melebih-lebihkan atau mengunggulkan suatu produk yang diiklankan. Sementara, penggunaan gaya bahasa repetisi digunakan secara berulang-ulang untuk meyakinkan penyimak. Kedua penggunaan gaya bahasa tersebut tidak lain bermaksud untuk mengajak konsumen agar tertarik untuk menggunakan produk yang diiiklankan tersebut. Oleh karena itu, penyimak iklan harus peka ketika menyimak sebuah iklan. Penyimak dapat menganalisis penggunaan gaya bahasa dari hasil menyimak sebuah iklan. Ketika menyimak iklan, penyimak jangan sampai kehilangan sebuah kata. Hal tersebut  dikarenakan semua kata yang disajikan dalam sebuah iklan mengandung maksud dan tujuan tertentu untuk mempengaruhi konsumen. Jadi, agar tidak kecewa dengan produk yang sudah dibeli, penyimak harus peka ketika menyimak sebuah iklan. Jangan hanya melihat sebuah iklan tanpa menyimaknya dengan seksama. Penyimak harus benar-benar memperhatikan iklan dari segi sosial maupun dari segi bahasa yang digunakan dalam sebuah iklan.

Diolah dari sumber:
Ainini, Muhajjah. 2011. Implikatur Percakapan Bahasa Iklan Pulsa di Televisi. Skripsi S1. Yogyakarta: BSI FBS UNY.

Musfiroh, Tadkiroatun dan Rahayu, Dwi Hanti. 2004. Menyimak Komprehensif dan Kritis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sutari, Ice dkk. 1998. Menyimak. Jakarta: Depdikbud.
Wicaksono, Andri. 2011. Artikel Analisis Wacana Kritis Iklan. http://andriew.blogspot.com/2011/07/artikel-analisis-wacana-kritis-iklan.html. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2011.