TRADISI REBO KASAN (SOLAT TOLAK BALA) PADA MASYARAKAT ISLAM DI DESA MARGATANI KABUPATEN SERANG
PENDAHULUAN
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak, manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, terjalin hubungan timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan. Dalam kebudayaan, bahasa menduduki tempat yang unik dan terhormat. Selain sebagai unsur kebudayaan, bahasa juga berfungsi sebagai sarana terpenting dalam pewarisan, pengembangan dan penyebarluasan kebudayaan.
Cakupan kajian yang berkaitan dengan bahasa sangat luas, karena bahasa mencakup hampir semua aktifitas manusia. Hingga akhirnya linguistik memperlihatkan adanya pergerakan menuju kajian yang bersifat multidisplin, salah satunya adalah antrolinguistik.
Antopolingustik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat. (Lauder,2005:231) Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bahasa bukan hanya dari strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi social budaya. Kajian antropoinguistik antara lain menelaah struktur dan hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada situasi tertentu seperti pada upacara adat, lalu menghubungkannya dengan konsep kebudayaannya.
Budaya adalah identitas seseorang atau golongan. Bila orang tidak berbudaya atau tidak kenal budayanya, maka orang tersebut seperti kapas yang mengambang tanpa arah. Orang yang tidak mempunyai identitas, maka orang seperti ini tidak perlu dihargai di lingkungannya.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (wikipedia.com).
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Pada umumnya di Masyarakat Sunda, desa Margatani khususnya sampai sekarang masih mempunyai kepercayaan terhadap tradisi Rebo Kasan atau tradisi Solat Tolak Bala. Dalam pelaksanaannya, tradisi Rebo Kasan pada masyarakat Sunda dirayakan dengan berbagai cara.
Rebo Kasan menurut sebagian besar orang Sunda merupakan hari yang sangat sakral. Rebo Kasan adalah hari Rabu terakhir pada bulan Sapar. Mereka menganggap bahwa pada hari itu Allah SWT menurunkan beribu-ribu balak. Sehingga mereka banyak yang melarang untuk bepergian, melaksanakan akad nikah, dll. Oleh karena itu kepercayaan terhadap tradisi Rebo Kasan sangat melekat pada masyarakat islam Sunda umumnya, dan pada masyarakat desa Maragatani kabupaten Serang khususnya untuk menghindari balak atau musibah yang akan menimpa masyarakat.
- ASAL MULA REBO KASAN
Pada masa Rasulullah SAW shalat ini tidak ada, demikian juga pada masa sahabat. oleh karena itu tidak ada secuilpun hadits yang menerangkan shalat tersebut. Ajaran shalat ini disebutkan dalam kitab “KANZUNNAJAH’ karangan Abdul Hakim Kudus, yang katanya pernah mengajar di Masjidil Haram Makkah Al Mukaramah. Dalam kita tersebut diterangkan bahwa telah berkata se bagian ulama ‘arifin dari ahli mukasysyafah bahwa turun pada tiap tahun 360.000 mala petaka dan 20.000 bahaya, yang turunnya pada tiap hari rebo terakhir bulan safar. Bagi yang shalat pada hari tersebut sebanyak empat rakaat maka akan selamat dari semua bencana dan bahaya tersebut (SHALAT REBO WEKASAN « Farhansyaddad weblog.htm).
Rebo terakhir di bulan safar itu menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Sehingga masyarakat memiliki kepercayaan tradisi solat tolak bola untuk mencegah dan menghindari akan adanya musibah atau marabahaya yang menimpa masyarakat tersebut.
Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (Nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali, lalu setelah salam membaca do’a, maka Allah dengan Kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
- PELAKSANAAN SOLAT TOLAK BALA
Shalat Rebo kasan adalah shalat empat raka’at yang dikerjakan pada hari Rabu terakhir bulan safar, setelah shalat isyraq (terbit matahari) kira-kira jam 06.30. Shalat ini dikalangan orang-orang yang melakukannya disebut shalat sunnah Lidaf’il bala (shalat tolak bala) Karena menurut mereka bahwa pada tiap hari rebo bulan safar, Allah menurunkan malapetaka sebanyak 360.000 dan menurunkan 20.000 bahaya.
Rebo kasan (solat tolak bala)) dilaksankan pada hari Rebo terakhir di bulan safar, kira-kira pukul 06.30, masuk waktu dhuha sebayak empat rakaat dua kali salam.
- Membaca Istighfar
Sebelum melaksanakan solat tolak bala, masyarakat tersebut membaca istighfar memohon ampun kepada Gusti Allah:
“Abdi neda panghampura. Ka Gusti Allah nu Agung, Ka Gusti Allah nu Agung. Teu aya deui Pangeran. Anging Allah, Anging Allah, anu hurip anu jumeneng ku Anjeun. Abdi tobat ka Pangeran, Abdi tobat ka Pangeran, saperti abdi nganiaya. Teu ngamilik diri abdina pribadi. Teu ngamilik madhorotna. Teu ngamilik manfaatna Teu ngamilik kana maotna. Teu ngamilik kana hirupna. Teu ngamilik pigelarna”.
Arti: “Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti”.
Makna dari membaca istighfar ialah senantiasa memohon perlindungan kepada Tuhan, agar nikmat-nikmat tersebut terpelihara dari kemusnahan, karena akibat perbuatan dirinya. Disamping itu manusia mengakui berdosa dan merasa sangat terbatas dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan. Timbul kesadaran dari hati nurani yang tulus ikhlas disertai dengan pengharapan mohon keampunan Tuhan setiap pagi dan petang.
- Melaksanakan Solat Tolak Bala
Setelah membaca istighfar kemudian melaksanakan solat tolak bala’ secara berjamaah sebanyak empat roka’at dua kali salam. Surat yang dibaca yaitu membaca surat alfatihah, setelah itu membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali dilanjutkan dengan surat Al-Ikhlas sebanyak 5 kali lalu yang terakhir membaca surat Al-Falaq dan An-Nass masing-masing 1 kali agar supaya dijauhkan dari marabahaya.
- Membaca do’a
Do’a yang dibaca setelah solat adalah:
“Ya Allah simkuring neda pitulung ku kalayan ayana kalimat nu sampurna tina angina merah, panyakit nu ageung dina jiwa, daging, tulang kalayan urat. Maha suci Allah dzat nu Maha sampurna”.
Arti: “ Ya Allah Aku berlindung kepadamu dengan kalimatMu yang sempurna dari angina merah, penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha suci Allah Yang maha Sempurna.”
Do’a tersebut dibaca agar supaya mendapatkan perlindungan dari Tuhan, dan dijauhkan dari segala bahaya yang akan menimpa manusia.
- Mujahadah
Mujahadah ini dipimpin oleh imam. Biasanya masyarakat meletakkan air minum yang mereka bawa untuk di bacakan doa ini.
Doa yang dibaca adalah:
“ ALLAHUMMA YAA SYADIIDAL QOWIYYI WA YAA SYADIDAL KHAALI YAA ‘AZIIZU DZALLAT LI’AZATIKA JAMII’I KHOLKIKA IKFINI MINN SYARRI JAMII’I KHOLFIKA YAA MUKHSINU YAA MUTAFADZILU YAA MUTAKARRIMU YAA MAN LAA ILAAHA ILLA ANTA IRKHAMNI BIROHMATIKA YAA AR KHAMAR ROOHIMIINA. ALLOHUMMA MISIRRILKHASANI WAA KHII WAJADDIHI WAABIHI WA UMMIHI WA BANIHI IKFINII SYARRO HAADZAAL YAUMA WA MSS YUNYALU FIIHI YAA KAAFIYAL MUHIMMAATI YAA DAA FI’ALBALIYYAATI FASAYAKFIIKA HUMULLAHU WA NI’MAL WAKIIL WALAKHAULA WALAA QUWATA ILLA BILLAHIL’ALIYIL ‘ADZHIMI 3X.”
Makna dari air minum yang telah dibacakan doa-doa tersebut menurut masyarakat setempat adalah agar supaya air tersebut bisa melindungi mereka dari marabahaya dan agar mendapat perlindungan.
Sebelum melakukan ritual solat tolak balak di atas, ketika hendak berangkat ke masjid, masyarakat membawa ketupat sayur dan air minum. Ketupat sayur untuk di makan bersama-sama di masjid setelah selesai pelaksanaan solat tolak bala. kemudian air minum dalam botol tersebut untuk di bacakan do’a-do’a setelah selesai solat yang disebut dengan mujahadah seperti yang telah dijelaskan pada ritual solat tolak di atas yaitu agar supaya air tersebut bisa melindungi mereka dari marabahaya dan agar mendapat perlindungan.
Ketupat merupakan ungkapan budaya yang mengandung falsafah hidup yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai dasar dalam bersikap dan bertindak. Ketupat sebagai karya budaya dikaitkan dengan suatu hasil dengan beraneka macam bentuk. Sedangkan ketupat sebagai ungkapan budaya adalah merupakan simbol yang di dalamnya terkandung makna dan pesan tentang kebaikan. Sebagai ungkapan budaya, ketupat antara lain memberikan makna dan pesan. Ketupat terdiri dari beras atau nasi yang dibungkus daun kelapa muda dan janur. Beras atau nasi adalah simbol nafsu dunia. Beras atau nasi adalah simbol nafsu dunia. Sedangkan janur yaitu hati nurani. Jadi ketupat dimaksudkan sebagai lambang nafsu dan hati nurani, yang artinya agar nafsu dunia dapat ditutupi oleh hati nurani.
Pesan yang terkandung di dalamnya adalah agar seseorang dapat mengendalikan diri, yaitu menutupi nafsu-nafsunya dengan hati nurani (dilambangkan nasi bungkus dengan janur).
Ketupat yang dalam bahasa Sunda juga disebut kupat, dimaksudkan agar seseorang jangan suka ngupat, yaitu membicarakan hal-hal buruk pada orang lain karena akan membangkitkan amarah. Dengan lambang ketupat ini dipesankan agar seseorang dapat menghindarkan diri dari tindak ngupat tersebut.
- KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tradisi Rebo Kasan dengan ritual solat tolak bala merupakan salah satu kebudayaan kecil pada masyarakat desa Margatani. Pelaksanaan Rebo Kasan ini sebagai salah satu kebudayaan yang memiliki mitos bahwasanya pada hari rabu akhir di bulan sapar adalah hari yang sangat sakral. Oleh sebab itu masyarakat melakukan solat tolak bala’ untuk menghindari dari segala macam bahaya.
1 komentar:
DAFTAR PUSTAKA?
Posting Komentar