Kukuruyuuuuuuuuuuuuk petok….petok…!!! Suara ayam berkokok menandakan hari sudah pagi. Ica segera bangun kemudian merapikan tempat tidurnya. Setelah merapikan tempat tidurnya, Ica mengambil handuk kemudian menuju ke kamar mandi untuk mandi.
“ Ica………”, teriak Mama dari dapur.
“ Iya Ma…. Ica masih mandi nih”, jawab Ica dengan suara manjanya.
Mama yang sudah bangun lebih pagi dari Ica sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk Ica dan Papa. Tiba-tiba Ica yang sudah rapi dengan seragam putih merahnya muncul dihadapan mama.
“ Wah, anak Mama sudah rapi ternyata. Ayo sarapan dulu biar nanti di sekolah nggak lemes”, perintah Mama kepada Ica.
Ica segera menuju ke ruang makan. Di ruang makan, sudah ada Papa yang juga tidak kalah rapi dengan Ica. Waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB, Ica berangkat bersama Papa karena sekolah Ica dekat dengan kantor Papa.
“ Assalamualaikum, Ica berangkat ya Ma”., pamit Ica kepada Mama.
“ Wa’alaikumsalam...”, jawab Mama.
Setiba di sekolah, sudah banyak anak yang datang di SD YPWKS III. Ica bertemu dengan teman sebangkunya yang bernama Ratih. “ Ica…yuk kita ke kelas bareng.” seru Ratih. “ Yuk Tih..” jawab Ica.
Setelah beberapa menit sampai di kelas IV B, Bu Ani datang kemudian membagikan soal ulangan. Ica yang baru ingat kalau hari ini ada ulangan matematika langsung kebingungan. Dia tidak belajar sama sekali. Akhirnya Ica tidak bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh Bu Ani.
“ Sudah selesai anak-anak?” tanya Bu Ani.
“ Sudah Bu….” dengan serempak anak-anak menjawab. Tapi ada satu orang anak yang terlihat masih sibuk mengerjakan ulangan.
“ Ica, sudah selesai belum?” tanya Bu Ani.
“Iya Bu, sebentar lagi selesai” jawab Ica sambil tergesa-sesa menyelesaikan soal matematikanya.
“ Baiklah anak-anak yang sudah selesai, jawaban masing-masing langsung ditukarkan ke teman sebelahnya ya. Kita koreksi bersama-sama.” Pinta Bu Ani kepada anak-anak.
Setelah selesai Bu Ani menyebutkan kunci jawaban yang benar, Anak-anak menuliskan benar berapa dan salah berapa pada kertas jawaban teman sebelahnya. Kemudian Bu Ani memanggil nama murid-murid satu per satu untuk menyebutkan benar berapa jawaban ulangan matematika tersebut.
Dari tiga puluh murid ada enam orang yang mendapatkan nilai jelek dan Bu Ani menyuruh untuk mengikuti her. Bu Ani juga berpesan, bagi murid yang mendapatkan nilai di bawah enam puluh agar meminta tanda tangan orang tuanya masing-masing. Ica termasuk dari salah satu enam murid yang mendapatkan nilai jelek, Ica hanya mendapat nilai lima puluh enam.
Teeeeeeeeet!!!!!!!Teeeeeeet!!!!Teeeeeeeeet!!!!! Bel berbunyi tiga kali menandakan bahwa pelajaran hari ini berakhir. Murid-murid segera bergegas keluar kelas sambil membawa tas ranselnya masing-masing di punggung. Di luar sudah banyak sekali jemputan anak sekolah yang menunggu. Ratih melihat Ica duduk sendirian di bangku depan kelas.
“ Ca, kamu kenapa? kok bukannya pulang malah duduk sendiri di sini? kamu sedih ya karena nilai ulanganmu jelek?” tanya Ratih sambil duduk di sebelah Ica.
“ Iya, tadi aku tidak bisa mengerjakan ulangan yang diberikan Bu Ani. Aku takut Mama marah karena ulangannku dapat jelek Tih” jawab Ica dengan suara seperti orang yang ingin menangis sekaligus dengan nada ketakutan.
“ Memangnya semalam kamu tidak belajar ya…?” tanya Ratih . “ Iya..Aku lupa kalau hari ini ada ulangan. Aku baru ingat tadi waktu Bu Ani membagikan soal ulangan.” jawab Ica dengan nada menyesal.
“ Ya sudah jangan sedih lagi ya….Ayo kita pulang sama-sama sekarang, nanti kita dicari Mama”, Ajak Ratih buru-buru sambil menarik tangan Ica.
Sewaktu pulang sama-sama dengan Ratih, Ica bercerita kalau dia akan menyembunyikan nilai ulangan matematika tadi ke mamanya. Ica tidak mau memberikan hasil ulangannya ke Mama. Alasannya karena dia takut kalau Mamanya akan marah. Lalu Ratih memberi nasihat kepada Ica. “Tidak baik Ca menyembunyikan apa-apa ke orang tua. Ngomong aja ke mama kamu kalau kamu dapat nilai jelek karena kamu lupa kalau hari ini ada ulangan matematika. Jadinya semalam nggak belajar. Pasti Mamamu gak akan marah sama kamu deh Ca”, kata Ratih meyakinkan Ica.
Sesampainya di rumah, Ica tampak lesu dan tak mau makan. Tentu saja Mama mulai bertanya-tanya, “Ada apa gerangan anak Mama kok tiba-tiba tak mau makan dan lesu seperti ini?”. , Ica hanya menjawab, “Ica males makan, Ma. Ica mau tidur saja”. “Oh iya Ica, tadi Bu Ani telpon Mama, katanya tadi di sekolah ada ulangan matematika, mana hasil ulangannya Ca, Mama mau lihat”, tanya Mama sebelum Ica masuk ke kamar. “Belum dibagikan kok Ma ulangannya, Ica mau tidur dulu ya Ma” jawab Ica tergesa-gesa. Ica pun langsung beranjak ke tempat tidurnya dan tertidur pulas.
Entah dari mana asalnya, Ica tiba-tiba menghampiri Mama yang sedang sibuk memasak di dapur. Dengan masih memakai rok seragamnya, Ica mulai berbicara pada Mama. “Mmm...Ma, sebenarnya hasil ulangan matematika tadi sudah dibagikan. Ica dapat nilai jelek, jadi Ica takut kalau bilang ke Mama nanti Mama marah. Maafin Ica ya Ma sudah berbohong kepada Mama. Ica nggak akan mengulanginya lagi”, sesal Ica. “ Iya sayang, Mama nggak marah kok ke Ica. Mama bangga karena Ica sudah mau jujur ke Mama. Tapi janji ya, besok-besok nggak boleh ada yang disembunyikan lagi ke Mama”, pinta Mama pada Ica. “Terima kasih Ma.....” kata Ica.
Kemudian, terdengar suara Mama bergumam pelan, “Ica… Ica… bangun sayang, sudah sore”. Mata Ica pun pelan-pelan terbuka dan dilihatnya Mama sudah ada di sebelahnya. Dalam hati, Ica berkata “Ternyata tadi aku cuma mimipi”. Setelah sadar Ica berjalan ke meja belajarnya kemudian mengambil kertas hasil ulangan matematika di dalam tas ranselnya. Kertas itu diberikannya ke Mama. “Ma, ini hasil ulangan matematika tadi. Ica minta maaf Ma karena tadi sudah berbohong kalau ulangannya belum dibagikan”. Hati Ica deg-degan kalau Mamanya akan marah setelah Ica memberikan hasil ulangannya. Tapi ternyata pikiran Ica salah. Mama malah tersenyum kemudian memeluk Ica sambil berkata “Iya sayang, Mama sudah tahu kalau ulangannya sudah dibagikan. Tadi kan Bu Ani telepon Mama” . Ica lega ternyata Mama nggak marah. “Berarti Mama nggak marah kan sama Ica?” tanya Ica dengan senangnya. “Enggak, Mama nggak marah karena Ica sudah berani jujur sama Mama. Mama hanya berpesan lain kali jangan ada yang disembunyikan dari Mama ya” nasihat Mama untuk Ica.
selesai
Rabu, 16 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar